Perkecambahan Epigeal Dan Hipogeal Dibedakan Berdasarkan Letak

Apakah kamu tahu bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam proses perkecambahan tanaman yang disebut sebagai epigeal dan hipogeal? Mungkin kamu lebih sering mendengar istilah-istilah ini saat belajar tentang tanaman, tetapi tahukah kamu apa sebenarnya perbedaan di antara keduanya? Nah, dalam artikel ini kita akan mengupas tuntas perbedaan letak perkecambahan epigeal dan hipogeal, serta dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mari kita simak.

$title$

Perbedaan Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal Berdasarkan Letak

Perkecambahan epigeal adalah jenis perkecambahan biji yang letak kotiledonnya berada di atas tanah saat berkecambah. Pada perkecambahan epigeal, hipokotil yang ada di bawah tanah akan membawa kotiledon ke atas tanah. Pada perkecambahan ini, kotiledon berwarna hijau karena terpapar langsung oleh sinar matahari.

Perkecambahan hipogeal adalah jenis perkecambahan biji yang letak kotiledonnya tetap berada di bawah tanah saat berkecambah. Pada perkecambahan hipogeal, hipokotil yang ada di bawah tanah akan tumbuh lebih cepat daripada kotiledon yang tetap berada di dalam tanah. Pada perkecambahan ini, kotiledon berwarna putih karena tidak terpapar sinar matahari secara langsung.

Perbedaan dalam Pertumbuhan

Perbedaan utama antara perkecambahan epigeal dan hipogeal adalah letak kotiledon saat berkecambah. Pada perkecambahan epigeal, kotiledon akan terlihat di atas tanah dan berfungsi untuk menyediakan makanan kepada tunas. Kotiledon yang berwarna hijau akan melakukan fotosintesis dan menghasilkan glukosa yang akan digunakan oleh tunas untuk tumbuh. Selain itu, perkecambahan epigeal juga ditandai dengan adanya daun sejati yang muncul di atas tanah setelah kotiledon.

Sementara itu, pada perkecambahan hipogeal, kotiledon tetap berada di dalam tanah dan berfungsi sebagai penyimpan sumber makanan untuk pertumbuhan awal tanaman. Hipokotil yang berwarna putih akan tumbuh lebih cepat daripada kotiledon dan akan mendorong tunas ke atas sehingga tunas akan muncul di atas tanah. Dalam perkecambahan hipogeal, tanaman tidak memiliki daun sejati pada tahap awal pertumbuhannya.

Perbedaan ini juga mempengaruhi cara tanaman mendapatkan energi. Pada perkecambahan epigeal, energi utama yang digunakan oleh tunas berasal dari fotosintesis yang dilakukan oleh kotiledon. Sedangkan pada perkecambahan hipogeal, energi utama berasal dari bahan cadangan yang tersimpan dalam kotiledon.

Jadi, perbedaan utama antara perkecambahan epigeal dan hipogeal berdasarkan letaknya adalah posisi kotiledon saat berkecambah. Pada perkecambahan epigeal, kotiledon berada di atas tanah dan muncul dengan warna hijau, sedangkan pada perkecambahan hipogeal, kotiledon tetap berada di dalam tanah dan berwarna putih. Perbedaan ini juga mempengaruhi cara tanaman mendapatkan energi, di mana perkecambahan epigeal menggunakan fotosintesis kotiledon sebagai sumber energi, sedangkan perkecambahan hipogeal menggunakan bahan cadangan yang tersimpan dalam kotiledon.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal

Kebutuhan Cahaya

Perkecambahan epigeal lebih sering terjadi pada biji yang membutuhkan paparan cahaya untuk tumbuh dengan baik. Pada tahap ini, bagian atas biji, seperti tunas, hipokotil, dan epikotil, akan tumbuh di atas permukaan tanah. Proses ini disebut epigeal karena perkecambahnya berkembang di atas tanah. Bijian yang membutuhkan kecambah epigeal, seperti kacang hijau dan kacang polong, memerlukan sinar matahari untuk berfotosintesis dan tumbuh secara optimal. Cahaya matahari juga diperlukan untuk produksi klorofil dan energi yang diperlukan untuk perkembangan tumbuhan. Oleh karena itu, kekurangan cahaya matahari dapat menghambat perkecambahan epigeal dan pertumbuhan biji tersebut.

Sementara itu, perkecambahan hipogeal biasanya terjadi pada biji yang tidak membutuhkan banyak cahaya dan dapat tumbuh dengan baik di bawah permukaan tanah. Pada perkecambah hipogeal, bagian atas biji tetap tertanam di bawah tanah, sedangkan akar tumbuh ke bawah untuk mencari nutrisi dan air yang dibutuhkan. Kelembaban yang cukup di dalam tanah esensial untuk perkecambahan hipogeal. Beberapa contoh biji yang mengalami perkecambahan hipogeal adalah kacang tanah dan jagung. Perkecambahan hipogeal ini memungkinkan biji untuk bertahan dan tumbuh meskipun kondisi permukaan tanah kering atau terlalu terpapar sinar matahari.

Kelembaban Tanah

Kelembaban tanah juga mempengaruhi jenis perkecambahan yang terjadi pada biji. Perkecambahan epigeal lebih sering terjadi pada tanah yang lembab. Dalam kondisi lembab, biji epigeal dapat menyerap air dengan mudah, yang secara otomatis mendorong mereka untuk tumbuh ke atas dan mengekspos daun pertama mereka ke matahari. Kelembaban tanah yang memadai meningkatkan peluang perkecambahan epigeal yang sukses. Jika tanahnya terlalu kering, biji epigeal mungkin kesulitan menyerap air yang cukup dan memulai perkecambahan.

Di sisi lain, perkecambahan hipogeal lebih sering terjadi pada tanah yang tidak terlalu lembab atau kering. Biji hipogeal biasanya dapat bertahan dalam kondisi kekurangan air dalam tanah. Mereka memiliki cadangan makanan yang cukup di dalam biji sehingga mereka dapat bertahan tanpa mendapatkan air dari tanah dalam waktu yang lama. Kekeringan tanah tidak akan menghambat pertumbuhan perkecambahan hipogeal, namun, kondisi tersebut mungkin mempengaruhi kesuburan dan keberhasilan pertumbuhan tanaman dewasa.

Tingkat Kedalaman Penyemaian

Tingkat kedalaman penyemaian biji juga mempengaruhi jenis perkecambahan yang terjadi. Jika biji tertanam lebih dalam dalam tanah, maka perkecambahan hipogeal akan lebih dominan. Pada perkecambahan hipogeal, akar biji tumbuh ke bawah terlebih dahulu untuk mencapai sumber air dan nutrisi yang terdapat di dalam tanah. Setelah itu, tunas akan muncul di permukaan tanah. Bijian yang tertanam cukup dalam membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai permukaan tanah, sehingga perkecambahan hipogeal lebih cocok untuk kondisi tersebut.

Sementara itu, jika biji ditanam lebih dekat dengan permukaan tanah, maka perkecambahan epigeal akan lebih dominan. Ketika biji hanya sedikit tertanam, tunas muncul dengan mudah dari permukaan tanah dan daun pertama terbentuk secara cepat. Bijian yang ditanam dangkal lebih cocok untuk perkecambahan epigeal.

Peran Penting Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal dalam Pertumbuhan Tanaman

Perkecambahan epigeal dan hipogeal memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan tanaman. Kedua jenis perkecambahan ini menentukan bagaimana tanaman akan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sekitarnya.

Perkecambahan Epigeal

Perkecambahan epigeal merupakan proses perkecambahan di mana tunas tanaman terlihat di atas permukaan tanah. Pada tahap ini, kotiledon, yang merupakan daun embrio pertama yang muncul, berada di atas tanah dan dapat melakukan proses fotosintesis.

Kotiledon yang berada di atas tanah memiliki peran penting dalam pertumbuhan tanaman. Melalui fotosintesis, kotiledon dapat menyediakan makanan yang dibutuhkan oleh tunas untuk bertumbuh. Selain itu, posisi tunas yang di atas tanah juga memungkinkan tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari yang cukup untuk proses fotosintesis.

Perkecambahan epigeal memiliki beberapa langkah. Pertama, benih menyerap air dan nutrisi yang akan digunakan untuk proses perkecambahan. Kemudian, akar mulai tumbuh ke bawah untuk mencari nutrisi di dalam tanah. Setelah itu, batang mulai tumbuh ke atas dan muncul di atas permukaan tanah. Pada tahap ini, kotiledon akan diperlihatkan dan mulai berfotosintesis untuk menyediakan makanan yang dibutuhkan oleh tunas.

Perkecambahan epigeal umumnya terjadi pada tanaman monokotil, seperti padi dan jagung. Namun, beberapa jenis tanaman dikotil juga mengalami perkecambahan epigeal.

Perkecambahan Hipogeal

Perkecambahan hipogeal adalah jenis perkecambahan di mana tunas tanaman tetap berada di dalam tanah. Pada tahap ini, kotiledon tetap berada di dalam tanah dan berfungsi sebagai penyimpan sumber makanan yang akan digunakan pada tahap pertumbuhan awal tanaman.

Hipokotil, yang merupakan bagian dari tunas yang berada di antara kotiledon dan akar, tumbuh lebih cepat untuk mencapai permukaan tanah dengan cepat. Hal ini memungkinkan tunas untuk mendapatkan cahaya matahari yang cukup untuk proses fotosintesis segera setelah mencapai permukaan tanah.

Perkecambahan hipogeal memiliki langkah-langkah serupa dengan perkecambahan epigeal. Benih menyerap air dan nutrisi untuk mendukung perkecambahan. Akar mulai tumbuh ke bawah untuk mencari sumber makanan di dalam tanah. Hipokotil kemudian tumbuh ke atas dan mencapai permukaan tanah, diikuti oleh kotiledon yang tetap berada di dalam tanah.

Perkecambahan hipogeal umumnya terjadi pada tanaman dikotil, seperti kacang hijau dan kedelai. Namun, beberapa jenis tanaman monokotil juga mengalami perkecambahan hipogeal.

Pemilihan Strategi Perkecambahan

Pemilihan strategi perkecambahan oleh tanaman bergantung pada kondisi lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor seperti kebutuhan cahaya, kelembaban tanah, dan kedalaman penyemaian akan mempengaruhi jenis perkecambahan yang dipilih oleh tanaman.

Tanaman mengadaptasi diri dengan melakukan perkecambahan epigeal atau hipogeal untuk memaksimalkan kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan cahaya. Misalnya, jika benih ditanam di lingkungan yang lembab dengan sedikit cahaya, tanaman cenderung memilih perkecambahan hipogeal karena kotiledon yang tetap berada di dalam tanah dapat menyimpan makanan lebih lama. Sebaliknya, jika lingkungan memiliki banyak cahaya dan sedikit kelembaban, tanaman mungkin memilih perkecambahan epigeal agar tunas dapat segera mendapatkan cahaya matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesis.

Pemilihan strategi perkecambahan yang tepat akan memberikan keuntungan bagi tanaman dalam bertahan hidup dan tumbuh dengan baik. Tanaman yang memilih strategi perkecambahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan mereka akan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk berkembang dan menghasilkan hasil yang baik.